Proses pengambilan keputusan
pembelian terdiri dari lima tahap: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
pengevaluasian alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian.
Jelas bahwa proses pembelian berlangsung jauh sebelum pembelian aktual dan
berlanjut jauh sesudahnya. Pasar perlu berfokus pada seluruh proses pengambilan
keputusan pembelian bukan hanya pada proses pembeliannya saja.
Secara teori konsumen melalui
seluruh lima tahap pada tiap pembelian. Tapi pada pembelian rutin, konsumen
terkadang melewatkan atau membalik beberapa tahap itu. Seorang wanita yang
kadang membeli pasta gigi merek yang biasa digunakannya akan mengenali
kebutuhan tetapi dia akan bergerak langsung ke proses pembelian, dengan
melewatkan pencarian informasi dan mengevaluasi alternatif. Pertimbangan yang
muncul pada saat konsumen menghadapi situasi pembelian baru bisa bersifat
kompleks.
1. Pengenalan
Kebutuhan
Proses pembelian bermula dari pengenalan
kebutuhan (need recognition)-pembelian mengenali permasalahan atau
kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual dan
sejumlah keadaan yang diinginkan. Kebutuhan itu dapat dipicu oleh stimulus
internal ketika salah satu kebutuhan normal-lapar, haus, naik ke tingkatan yang cukup tinggi sehingga
menjadi pendorong. Kebutuhan dapat
dipicu oleh rangsangan eksternal. Seseorang mungkin merasa
membutuhkan hobi baru ketika kesibukan pekerjaannya mulai menurun, dan dia
mulai memikirkan kamera setelah berbincang-bincang dengan teman tentang
fotografi atau setelah melihat iklan kamera. Pada tahap itu, pemasar harus meneliti
konsumen untuk mengetahui kebutuhan macam apa yang menyebabkan kebutuhan itu
muncul, dan bagaimana cara pemasar menuntun konsumen supaya membeli produk
tersebut.
Setelah mengumpulkan informasi seperti itu, pemasar
dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang paling sering memicu ketertarikan
terhadap produk dan mengembangkan program pemasaran yang melibatkan
faktor-faktor tersebut.
2. Pencarian
Informasi
Konsumen yang tergerak mungkin
mencari dan mungkin pula tidak mencari informasi tambahan. Jika dorongan konsumen
kuat dan produk yang memenuhi kebutuhan berada dalam jangkauannya, ia cenderung
akan membelinya. Jika tidak, konsumen akan menyimpan kebutuhan itu kedalam
ingatan atau mengerjakan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan
itu. Pada satu tahapan tertentu, konsumen mungkin sekedar meningkatkan
perhatian. Pada tahapan itu, seseorang menjadi lebih menerima informasi
mengenai kamera. Ia memperhatikan iklan kamera, kamera yang digunakan oleh
temannya, dan percakapan tentang kamera. Atau ia mungkin mengerjakan
pengumpulan informasi secara aktif, dimana ia mencari informasi tertulis,
menelepon teman, dan mengumpulkan informasi dengan berbagai cara lain. Jumlah
pencarian yang dikerjakan tergantung pada kekuatan dorongan pada dirinya,
jumlah informasi awal yang ia miliki, kemudahan pencarian informasi tambahan,
nilai yang ia berikan pada informasi tambahan, dan kepuasan yang di dapat
setelah pencarian.
Konsumen dapat memperoleh
informasi dari berbagai sumber. Sumber itu meliputi sumber pribadi (keluarga,
teman, tetangga, rekan kerja), sumber komersial (iklan, penjual, pengecer,
bungkus, situs Web, dan lain-lain), sumber publik (media massa, organisasi
pemberi peringkat), dan sumber berdasarkan pengalaman (memegang, meneliti,
menggunakan produk). Pengaruh relatif di antara sumber informasi itu
berbeda-beda di antara berbagai produk dan pembeli. Konsumen biasanya menerima
sebagian besar informasi dari sumber komersial.-yang dikendalikan oleh pemasar.
Namun demikian, sumber yang paling efektif cenderung yang bersifat pribadi.
Sumber komersial biasanya memberikan informasi kepada pembeli, sedangkan sumber
pribadi memberikan legitimasi atau mengevaluasi produk bagi pembeli.
Seseorang terkadang meminta
orang lain-teman, keluarga, rekan kerja dan para profesional-supaya
merekomendasikan produk atau jasa. Oleh karena itu, perusahaan mempunyai
ketertarikan yang kuat untuk membangun sumber pemasaran getok tular (word of
mouth sources). Sumber-sumber itu mempunyai dua keuntungan utama.
Pertama, sumber itu meyakinkan. Pemasaran getok
tular atau pemasaran dari mulut ke mulut adalah satu-satunya metode promosi
dari konsumen, oleh konsumen, dan untuk konsumen. Mempunyai konsumen yang setia
dan terpuaskan dan membangga-banggakan bisnis mereka dengan anda merupakan mimpi
setiap pemilik bisnis. Tidak hanya konsumen yang puas mengulangi pembelian,
tetapi mereka juga menjadi papan promosi berjalan bagi bisnis anda.
Kedua, biaya yang rendah. Menjaga hubungan dengan
konsumen dan mengubahnya menjadi sumber promosi getok tular membutuhkan biaya
yang relatif rendah. Semakin banyak informasi yang didapat, kesadaran dan
pengetahuan konsumen tentang adanya merek dan fitur akan meningkat. Dalam
pencarian informasi, seseorang banyak mempelajari merek yang tersedia.
Informasi itu juga membantunya meninggalkan pilihan merek tertentu. Perusahaan
harus mendesain bauran pemasarannya agar calon konsumen sadar dan tahu akan
mereknya. Secara hati-hati perusahaan harus mengidentifikasi sumber informasi
konsumen dan tingkat kepentingan tiap-tiap sumber itu.
Konsumen harus ditanyai bagaimana awalnya mereka
mendengar merek itu, informasi apa yang didapat, dan bagaimana mereka
mengurutkan tingkatan arti penting sumber informasi yang berbedabeda itu.
3. Pengevaluasian
Alternatif
Kita telah mempejari cara
konsumen menghasilkan informasi yang menghasilkan sekumpulan merek-merek yang
akhirnya dipilih. Bagaimana cara konsumen memilih dari alternatif merek yang
ada? Pemasar perlu memahami proses pengevaluasian alternatif-yakni, cara
konsumen memproses informasi yang menghasilkan berbagai pilihan merek.
Sayangnya, konsumen tidak melakukan satu evaluasi secara tunggal dan sederhana,
tetapi konsumen mungkin melakukan beberapa proses avaluasi. Sikap konsumen
terhadap sejumlah merek tertentu terbentuk melalui beberapa prosedur evaluasi.
Cara konsumen memulai usaha mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada
konsumen individual dan situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus,
konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan pikiran yang logis.
Dalam waktu yang lain, konsumen bersangkutan
mengerjakan sedikit atau tidak mengerjakan evaluasi sama sekali; melainkan
mereka membeli secara impulsif atau bergantung pada intuisi. Terkadang konsumen
membuat keputusan sendirian, kadang tergantung pada teman, petunjuk konsumen,
atau penjual untuk mendapatkan saran pembelian.
Jika ia tadi mempersempit
pilihannya menjadi empat kamera.juga dapat dianggap ia hanya tertarik pada
empat atribut kualitas gambar, kemudahan penggunaan, ukuran kamera dan harga.
Ia telah membentuk keyakinan tentang berapa peringkat merek menurut
masing-masing atribut. Jelas, jika terdapat satu kamera yang mendapat peringkat
terbaik dalam semua atribut, dapat kita perkirakan, bahwa ia akan memilihnya.
Namun, merek dapat berbeda-beda daya tariknya. Keputusan pembeliannya mungkin
berdasarkan pada hanya satu atribut, oleh karena itu pilihannya akan mudah
ditebak. Jika ia menginginkan kualitas gambar merupakan atribut yang paling
penting di atas yang lain, ia akan membeli kamera yang mempunyai gambar terbaik.
Tetapi pembeli mempertimbangkan beberapa atribut yang masing-masing tingkat
kepentingannya berbeda-beda. Jika kita mengetahui bobot kepentingan yang
diberikannya tiap-tiap atribut dari keempat atribut tersebut, kita dapat
memperkirakan pilihan merek kamera yang akan dibelinya sehingga lebih dapat
diandalkan ketetapan perkiraannya.
Pemasar harus mempelajari pembeli supaya dapat
mengevaluasi alternatif merek secara aktual. Jika pemasar mengetahui proses
evaluasi seperti apa yang terjadi, pemasar dapat mengambil langkah untuk
mempengaruhi keputusan pembeli.
4. Keputusan
Pembeli
Di tahap pengevaluasian,
konsumen menyusun peringkat merek dan membentuk kecenderuangan (niat)
pembelian. Secara umum, keputusan pembelian konsumen akan membeli merek yang
paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul diantara kecenderungan
pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Jika
suami Anna Flores sangat merasa Anna harus membeli kamera yang harganya paling
murah, maka kesempatan Anna membeli kamera mahal akan berkurang. Faktor kedua
adalah faktor situasi tak terduga. Konsumen mungkin membentuk kecenderungan
pembelian berdasar pada pendapatan yang diharapkan, harga, dan manfaat produk
yang diharapkan. Namun, keadaan tak terduga dapat mengubah kecenderungan
pembelian, Anna Flores mungkin kehilangan pekerjaannya atau pembelian lainnya
lebih mendesak atau mungkin temannya mengatakan kecewa terhadap kamera
pilihannya yang juga kamera kesukaan Anna. Atau, pesaing dekat menurunkan
harga. Jadi, preferensi dan kecenderungan pembelian tidak selalu menghasilkan
pilihan pembelian aktual.
5. Perilaku
Setelah Pembelian
Pekerjaan pemasar tidak hanya
berhenti pada saat produk dibeli. Setelah membeli produk, konsumen akan merasa
puas atau tidak puas dan akan masuk ke perilaku setelah pembelian yang penting
diperhatikan oleh pemasar. Apa yang menentukan pembeli puas atau tidak puas
terhadap pembeliannya? Jawabnya terletak pada hubungan antara harapan konsumen
dan kinerja produk uang dirasakan. Jika produk jauh di bawah harapan konsumen,
maka konsumen kecewa; jika produk memenuhi harapannya, konsumen terpuaskan,
jika melebihi harapannya, maka konsumen akan merasa sangat senang.
Semakin besar beda antara harapan dan kinerja, semakin
besar pula ketidakpuasan konsumen. Oleh sebab itu, penjual harus janji yang
benar-benar sesuai dengan kinerja produk agar pembeli merasa puas. Beberapa
penjual bahkan menyatakan janji tingkatan kinerja yang lebih rendah
dibandingkan kinerja sebenarnya agar kepuasan konsumen menjadi sangat tinggi.
Misalnya, wiraniaga Beoing cenderung konservatif pada saat memperkirakan
potensi manfaat pesawatnya. Mereka hampir tiap kali menyatakan efesiensi bahan
bakar lebih rendah dari pada sebenarnya-mereka menjanjikan penghematan bahan
bakar sebesar 5 persen yang ternyata 8 persen. Konsumen akan merasa senang
terhadap kinerja yang lebih baik daripada yang diharapkan. Mereka akan membeli
lagi dan berkata kepada calon pelanggan lain bahwa Boing memenuhi janjinya.
Hampir seluruh pembelian penting
menghasilkan disonansi kognitif, atau ketidaknyamanan pembeli karena konflik
setelah pembelian. Setelah pembelian, konsumen akan merasa puas dengan manfaat
merek yang telah dipilih dan senang untuk menghindari kekurangan dari merek
yang tidak dibeli. Namun, setiap pembelian melibatkan kompromi. Konsumen
mendapatkan ketidak-nyamanan akibat mendapatkan kekurangan produk yang dibeli
dan kehilangan sejumlah manfaat produk yang tidak dibeli. Oleh karena itu,
konsumen merasakan setidak-tidaknya ada disonansi setelah pembelian pada setiap
pembeliannya. Kepuasan itu penting karena penjualan perusahaan berasal dari dua
kelompok dasar-pelanggan baru dan pelanggan lama. Biasanya biaya akan lebih
besar untuk menarik pelanggan baru daripada mampertahankan pelanggan lama dan
jalan terbaik untuk mempertahankan pelanggan adalah dengan memuaskan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar