BAB 1
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Penalaran adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akat terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan
sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang
disebut menalar. Dalam penalaran proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan
disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan
konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi
disebut konsekuensi.
Penalaran
induktif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan
atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Misalnya pada pengamatan atas logam
besi, alumunium, tembaga dan sebagainya. Jika dipanasi ternyata menunjukkan
bertambah panjang. Dari sini dapat disimpulkan secara umum bahwa logam jika
dipanaskan akan bertambah panjang. Biasanya penalaran induktif ini disusun
berdasarkan pengetahuan yang dianut oleh penganut empirisme.
Contoh
penalaran induktif adalah : kerbau punya mata. Anjing punya mata. Kucing punya
mata. Setiap hewan punya mata penalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk
mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran
induktif erat dengan pengumpulan data dan statistik.
Selanjutnya pengertian penalaran
induktif menurut Tim Balai Pustaka (dalam Shofiah, 2007 :14) istilah penalaran
mengandung tiga pengertian, diantaranya :
1. Cara (hal) menggunakan nalar,
pemikiran atau cara berfikir logis.
2. Hal mengembangkan atau mengendalikan
sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman.
3. Proses mental dalam mengembangkan
atau mengendalikan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.
Contohnya dalam menggunakan
preposisi spesifik seperti:
Es ini dingin. (atau: Semua es yang
pernah kusentuh dingin.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)
Untuk membedakan preposisi umum
seperti:
Semua es dingin.
Semua bola biliar bergerak ketika didorong tongkat.
Induksi kuat:
Semua burung gagak yang kulihat
berwarna hitam.
Induksi lemah:
Aku selalu menggantung gambar dengan
paku.
Banyak denda mengebut diberikan pada remaja.
Banyak denda mengebut diberikan pada remaja.
Penalaran
induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang
menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara
umum.
II.
Tujuan
Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini bertujuan
sebagai berikut :
Dalam
rangka peningkatan mutu Bahasa Indonesia dalam menguasai kemampuan berpikir, bersikap
rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagai manusia intelektual. Dalam rangka
memahami, menganalisa konsep penalaran bertolak dari pengetahuan yang
sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang
memang salah. Selain itu tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah
nilai pada mata kuliah Bahasa Indonesia 2.
III.
Permasalahan
Ada
dua metode dalam penalaran tapi disini kami hanya membahas mengenai metode
penalaran Induktif dimana metode penalaran induktif adalah adalah suatu
penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan
empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat
umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran
deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki
konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan
tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori
bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan
memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan
melakukan generalisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Penalaran Induktif
Penalaran
induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil
pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru
yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari
penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak
harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari
pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala.
Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan
dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat
mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
2.
Jenis-jenis Penalaran Induktif
1.
Generalisasi
Yaitu proses penalaran
dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data.
Contoh :
Hasil UTS mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 3EA06 telah
keluar. Ternyata dari 40 mahasiswa hanya 10 orang yang mendapat nilai 90.
Setengahnya mendapat nilai antara 80 – 65 dan tidak ada seorang pun yang
mendapat nilai di bawah 65. Itu berarti dapat disimpulkan bahwa mahasiswa kelas
3EA06 cukup pintar dalam mengerjakan soal Bahasa Indonesia.
Macam – macam generalisasi
:
- Generalisasi sempurna yaitu generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan penyelidikan. Contoh : sensus penduduk
- Generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki. Generalisasi ini dapat menghasilkan kebenaran bila melalui pengujian yang benar. Contoh : Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon. Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna. Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi
tersebut adalah:
1. Jumlah sampel yang diteliti
terwakili.
2. Sampel harus bervariasi.
3.Mempertimbangkan hal-hal yang
menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
2.
Analogi
Yaitu cara penarikan penalaran dengan
membandingkan dua hal yang memilki sifat yang sama.
Contoh :
Danih adalah seorang altlet lari kebanggaan Indonesia. Setiap hari
dia selalu berlatih keras untuk meningkatkan kemampuan berlarinya. Demikian
juga dengan Sandy, dia merupakan seorang polisi yang memerlukan fisik yang kuat
untuk menjalankan tugasnya sebagai aparat penegak hukum. Keduanya membutuhkan
mental dan fisik yang kuat untuk bertanding atau mambantu masyarakat melawan
kejahatan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan polisi harus memilki mental
dan fisik yang kuat dengan cara selalu berlatih.
Analogi mempunyai 4 fungsi, antara
lain :
1. Membandingkan
beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
2. Meramalkan
kesaman
3. Menyingkapkan
kekeliruan
4. Klasifikasi
3.
Hubungan kausal
Yaitu penalaran yang diperoleh dari gejala – gejala yang saling
berhubungan. Kausal adalah merupakan prinsip sebab-akibat yang di
haruri dan pasti antara gejala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh
kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu
atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya , merupakan hal-hal yang diterima
tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Contoh :
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan emas memuai
Macam – macam hubungan
kausal :
a.
Sebab – sebab
Contoh :
Sejumlah pengusaha angkutan di Bantul terpaksa gulung tikar karena
pendapatan yang mereka peroleh tidak bisa menutup biaya operasional. Minimnya
pendapatan karena sebagian besar penumpang membayar ongkos dibawah ketentuan
tarif yang sudah ditetapkan, akibat ketidakmampuan ekonomi. (Sumber : Kompas,
10 Mei 2008).
b.
Akibat -sebab
Contoh :
Andi mendapat nilai yang memuaskan pada ujian semester kenaikan
kelas. Dia mendapat rangking pertama di kelasnya. Hasil yang diperoleh Andi ini
dia dapatkan karena belajar yang sangat tekun setiap harinya.
c
Akibat – akibat
Contoh :
Kemarin Lusi mengalami kecelakaan akibat menabrak pembatas jalan.
Akibat dari kecelakaan tersebut dia mengalami patah kaki dan harus dirawat di
rumah sakit.